Rabu, 22 April 2020

Bahasa Dan Komunikasi Dalam Pelestarian Budaya

Latar Belakang Masalah

Bahasa telah ada sejak zaman kuno. Manusia zaman dahulu telah menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, walaupun mereka belum mengenal tulisan. Semua manusia normal pasti dapat berbicara, terutama manusia yang berbudaya, dan di berbagai masyarakat. Dalam berbagai kegiatan mereka tidak lepas dari menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.
Bahasa dan sistemnya adalah salah satu dari unsure sebuah kebudayaan. Tanpa bahasa suatu kebudayaan terasa kurang lengkap dan tidak sempurna. Bahasa dapat digunakan sebagai identitas suatu bangsa dan budayanya. Misalnya, negara Indonesia berbahasa Indonesia, dan Suku Jawa berbahasa Jawa.
Bahasa juga sebagai pendorong perkembangan suatu kebudayaan. Jika suatu bahasa itu hilang atau lenyap, maka budaya itupun juga dianggap hilang. Karena bahasa adalah unsur terpenting suatu budaya, maka manusia sebagai makhluk berbudaya harus mempelajari, mengembangkan, menjaga, dan melestarikan bahasa tersebut.

Hakikat Bahasa
Bahasa adalah suatu sistem bunyi,yang kalau digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti, yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu. Meskipun manusia pertama-tama bersandar pada bahasa untuk saling berkomunikasi satu sama lain, tetapi bahasa bukanlah satu-satunya sarana komunikasi. Sarana-sarana lain ialah para bahasa (para language), yaitu sistem bunyi yang menyertai bahasa, dan kinesika (kinesics), yaitu sistem gerakan tubuh yang digunakan untuk menyampaikan pesan (message). (William A. Haviland, Antropologi jilid I).
Bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang menggunakan suara yang dihubungkan satu sama lain menurut seperangkat aturan, sehingga mempunyai arti. Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk berbagi informasi dan pengalaman. Bahasa juga dapat digunakan oleh manusia untuk menyatakan keprihatinan, kepercayaan, dan pengertian terhadap sesuatu atau kepada orang lain. Sebagian menusia menganggap bahwa bahasa adalah sesuatu yang sudah biasa dilakukan.
Pada dasarnya, bahasa adalah sistem yang teratur yang ditemukan, dikembangkan dan dilestarikan oleh manusia. Bahasa dapat diteliti oleh manusia dengan metode-metode penelitian atau studi ilmiah tentang bahasa.

Macam Studi Ilmiah Modern Tentang Bahasa
Linguistik adalah studi ilmiah modern tentang bahasa, sudah dimulai sejak awal abad ketujuh belas, yakni abad penjelajahan dan penemuan dengan mengumpulkan fakta, mengumpulkan bunyi, kata-kata, dan kalmat-kalimat dari sebanyak mungkin bahasa yang berbeda, terutama yang dijumpai di negara-negara eksotis, oleh para penjelajah Eropa, para penjajah, dan misionaris.
Linguistik dapat disebut juga sebagai studi ilmiah modern tentang semua aspek bahasa. Fonologi adalah metode untuk menganalisis dan memaparkan sebuah bahasa baru, menggunakan diinventarisasi dari semua bunyi dan menciptakan cara yang tepat untuk menuliskannya. Fonologi merupakan studi tentang pola bunyi bahasa.
Dapat didimpulkan bahwa fonologi adalah studi atau metode untuk meneliti dan menganalisis bahasa baru atau bahasa asing, dengan mempelajarinya agar dapat memaparkan dan menuliskannya dengan benar. Sedangkan morfologi adalah studi proses membuat dan mempelajari suatu inventaris bunyi. Dapat dikatakan morfologi adalah studi untuk mempelajari suatu unit bahasa terkecil dan mempunyai makna.
Linguistik, fonologi, dan morfologi adalah beberapa studi ilmiah modern tentang bahasa yang dapat digunakan oleh manusia untuk mempelajari dan maneliti bahasa. Etnolinguistik adalah cabang linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum memiliki tulisan. Semantik adalah ilmu yang mempelajari makna dari bahasa. Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari makna bahasa manurut perspektif mitra tutur. Sintaksis adalah studi tentang penggabungan kata.
Hubungan  Bahasa  Dalam  Kerangka  Kebudayaan
Bahasa digunakan oleh manusia yang menjadi anggota masyarakat tertentu, yang masing-masing memiliki kebudayaan yang khas. Variable-variabel sosial seperti kelas dan status sosial orang yang berbicara juga mempengaruhi caranya menggunakan bahasa. Misalnya, pada suku Jawa di Yogyakarta, kelas dan status sosial mempengaruhi cara penggunaan bahasa. Anak kecil jika berbicara dengan orang dewasa atau kepada orang tua harus menggunakan bahasa Jawa Krama Inggil sebagai symbol untuk menghormati mereka. Orang tua dan dewasa saat berbicara dengan anak kecil atau dibawah umur, mereka menggunakan bahasa Jawa Ngoko. Seorang kakek nenek atau orang tua saat berbicara dengan seorang raja, presiden, atau orang yang memiliki tahta kedudukan yang tinggi mereka menggunakan bahasa Jawa Krama Inggil.
Bahasa bukan sekedar cara member kode untuk proses menyuarakan gagasan dan kebutuhan kita, tetapi lebih merupakan suatu pengaruh pembentuk, yang dengan mneyediakan galur-galur ungkapan yang mapan, yang menyebabkan orang melihat dunia dengan cara-cara tertentu mengarahkan pikiran dan perilaku manusia.
Cara seseorang menggunakan bahasa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebudayaan orang tersebut. Orang Jawa dalam berbicara berbeda dengan Orang Batak. Orang Indonesia dalam berbicara berbeda dengan Orang Arab. Bahasa dapat digunakan sebagai identitas, kepribadian, atau karakter yang berbeda dari satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.
Sebuah bahasa mempengaruhi sebuah kebudayaan. Bahasa adalah identitas sebuah kebudayaan. Jika bahasa itu hilang atau tidak digunakan lagi oleh suatu penduduk di suatu daerah maka budayanya dianggap hilang juga. Misalnya, suatu penduduk yang biasanya menggunakan bahasa Jawa dalam hidup kesehariannya, tetapi karena mereka pindah kesuatu tempat dan lama-lama mereka melupakan bahasa Jawa, maka budaya Jawa akan dianggap telah lenyap atau dilupakan.
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyatakan bahwa kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Bahasa berasal dari hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat, berarti bahasa adalah salah satu dari kebudayaan. Tanpa sebuah bahasa sesuatu itu tidak dapat disebut kebudayaan. Tanpa bahasa sebuah kebudayaan tidak dapat diidentifikasi atau tidak dapat dikenal. Dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa atau kebudayaan saling berrhubungan dan berkaitan atau saling melengkapi satu sama lain.
Karena bahasa atau sistem bahasa adalah salah satu unsur kebudayaan dan saling melengkapi satu sama lain, maka bahasa dapat digunakan untuk melestarikan sebuah kebudayaan. Dalam melestarikan sebuah kebudayaan dapat dilakukan dengan cara membiasakan diri dalam berbahasa dan mewujudkan rasa cinta kepada bahasa. Jika kita ingin melestarikan kabudayaan Jawa, maka kita harus membiasakan diri berbahasa Jawa. Jika kita ingin mempelajari budaya Arab, maka kita harus belajar bahasa Arab. Jika kita ingin mempersatukan nusa dan bangsa, maka bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional harus dikembangkan.

BAB III KESIMPULAN
Bahasa adalah suatu alat yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi, berbagi informasi, yang memiliki arti, makna, maksud, dan tujuannya. Bahasa adalah sebagai simbol identitas suatu kebudayaan. Beragam bahasa yang ada di dunia ini, beragam bahasa yang tersebar diseluruh penjuru dunia, beragam pula kabudayaan-kebudayaan yang ada di seluruh dunia ini. Dengan mempelajari sebuah bahasa, kita dapat melestarikan sebuah kebudayaan dan mengenal sebuah kebudayaan. Dengan mempelajari berbagai bahasa dan kebudayaan kita dapat mengenal beragam macam bahasa dan budaya untuk saling kenal mengenal satu sama lain.

DAFTAR PUSTAKA
Haviland, H.W. 1985. Antropologi.(alih bahasa R.G.Soekadijo). Jakarta: Erlangga
Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka
Pursen, Van. 1988. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius

Sumber:
Haviland, H.W. 1985. Antropologi.(alih bahasa R.G.Soekadijo). Jakarta: Erlangga
Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka
Pursen, Van. 1988. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius